Penjelasan Apa Itu Spirometri

Spirometri atau spirometry juga dikenal dengan Pulmonary Function Test (PFC) yang berfungsi untuk mengukur fungsi paru-paru manusia secara spesifik dengan membandingkan volume paru dan dan aliran udara yang masuk dan keluar ke paru-paru, pada dasarnya cara kerja spirometry adalah dengan mengukur jumlah dan kecepatan udara yang di hirup dan di hembuskan.

Tujuan dan Cara Kerja Spirometry

Beberapa Tujuan dari Spirometry ini antara lain :

  1. Mendiagnosa  penyakit paru-paru tertentu (seperti asma, bronkitis, dan emphysema)
  2. Mencari alasan dari masalah nafas yang pendek atau dyspnea.
  3. Mengecek apakah bahan kimia yang terhirup pada saat sedang bekerja mempengaruhi kinerja paru-paru
  4. Mengecek kondisi fungsi paru-paru sebelum seseorang melakukan operasi
  5. Mengecek efek medikasi
  6. Mengecek progress dari pengobatan penyakit

Tes Spirometri ini biasanya menghasilkan FVC (kapasitas vital paksa), yang memberitahukan dokter ahli jumlah terbesar udara yang dapat dihembuskan oleh pasien (dengan kekuatan maksimum) setelah diberitahu untuk menghirup udara sedalam mungkin. Jika FVC-nya menunjukan hasil yang lebih rendah dari hasil normal, dokter dapat menyimpulkan bahwa pasien memiliki masalah penyumbatan pernapasan.

Illustrasi Penggunaan Alat Spirometry
Illustrasi Penggunaan Alat Spirometry

Pembacaan Spirometri lainnya yaitu FEV-1 (volume penghembusan udara paksa), yang mengukur jumlah udara yang dapat pasien keluarkan dengan paksa dari dalam paru-parunya dalam hitungan detik. Informasi ini membantu dokter ahli menentukan dan menilai separah apa masalah pernapasan pasien. Jika FEV-1-nya menunjukan hasil yang lebih rendah dari pembacaan normal, pasien mungkin memiliki masalah obstuksi parah dalam saluran udaranya sehingga mencegah pernapasan normal.

Jenis Teknologi Spirometry

Secara teknologi spirometry di bagi menjadi 3, yaitu :

  1. Teknologi Turbine sensor
    • Teknologi yang dikembangkan pada tahun 1980an, menggunakan putaran angin atau plat deflektor akhir (dengan total pisau kipas yang sama) yang membuat aliran udara memutar sensor secara heliks melalui bagian utama dari sensor. Teknologi ini memiliki kekurangan pada akurasi yang rendah pada low flow rates dan cara teknologi ini merespon perubahan flow rates yang cepat.
  2. Teknologi Pneumotach sensor
    • Teknologi sensor yang mampu mendeteksi terus menerus dalam pengukuran bi-directional aliran napas proksimal pasien dan digunakan dalam lingkungan perawatan kritis. Sensor dibuat dari satu bagian padat. Hal ini akan memudahkan pembersihkan dan untuk di produksi.
  3. Teknologi Ultrasonic
    • Teknologi spirometer yang pertama kali dikembangkan pada tahun 1970an dan baru mulai dipasarkan pada tahun 1990an dengan ide dasar yang ringkas yaitu untuk mengukur waktu transit dari ultrasonic pulse melalui gas yang bergerak mengalir, dengan nadi yang berjalan searah dengan arah gas mengalir dengan waktu yang ditembuh ketujuan lebih cepat dan nadi yang berjalan berlawanan arah dengan arah gas akan mengalir lebih lambat. Teknologi ini sangat sesuai dengan inspiratory dan expiratory flow measurement karena mereka lebih linear, akurat, stabil dan kebanyakan tidak sensitif dengan temperatur, kelembapan dan komposisi gas.

Adapun teknologi sensor yang paling mutakhir menggunakan ultrasonic, kelebihan ultrasonic spirometry ini sensitivitas sensornya sangat tinggi dan tidak terpengaruh oleh perubahan suhu ruang, jadi sensor tidak butuh di kalibrasi setiap hari, dan salah satu spirometry yang menggunakan teknologi ini adalah spirometry merk THOR, THOR spirometry ini terdiri dari 3 type yaitu : Spirotube, Spirothor, dan Otthon, saat ini THOR spirometry di Indonesia di ageni oleh PT Bintang Sarana Medika, yang di kenal juga dengan BISAMED.

THOR Spirometry juga bisa di gunakan untuk pasien dewasa dan anak-anak, dan saat ini juga sudah tayang di e-katalog alat kesehatan pada web :  atau anda dapat mengunjungi link .

 

SUMBER :